Sebagian besar festival etnis Tionghoa, entah berdasarkan musim, mitos, dewa dan sebagainya senantiasa percaya bahwa setiap perayaan tersebut adalah ungkapan sukacita yang diluapkan dan ucapan terima kasih kepada Dewa atau Yang Maha Kuasa untuk mencegah terjadi kemalangan setiap tahunnya.
Perayaan terbesar dari etnis Tionghoa terletak pada perayaan tahun baru yang biasa disebut dengan Hari Raya Imlek. Barongsai, yang digambarkan sebagai singa yang menari senantiasa mengisi perayaan Hari Raya Imlek dan menjadi salah satu maskot yang melekat erat dengan Imlek. Hal ini tidaklah hanya dirayakan pada negara Tionghoa saja, tetapi juga dibawa ke dalam negara-negara yang memiliki penduduk beretnis tersebut, seperti Indonesia di dalamnya yang juga senantiasa merayakan perayaan ini secara turun-temurun.
Hari Raya Tahun Baru Imlek merupakan saat dimana para kaum etnis Tionghoa menunjukkan rasa hormat mereka untuk keluarga yang sudah terlebih dahulu meninggalkan mereka dan juga untuk kembali berkumpul bersama dengan sanak keluarga. Keluarga atau kerabat yang sudah meninggal senantiasa juga diingat dan dihormati karena kehadirannya membentuk setiap pondasi dari kesuksesan keluarga. Meskipun setiap tradisi dapat berbeda-beda di seluruh nusantara dan bahkan dari keluarga ke keluarga sesuai dengan posisi sosial yang dimiliki, banyak tradisi yang masih dijalankan oleh komunitas etnis Tionghoa di Indonesia saat ini.
Dalam komunitas etnis Tionghoa, terdapat banyak pendatang dari berbagai daerah di seluruh Tiongkok. Komunitas Tionghoa yang sangat berbeda seringkali ditemukan di berbagai daerah seperti Pontianak, Medan atau bahkan Jakarta. Masing-masing komunitas membawa tradisi unik dari daerahnya ke Indonesia. Keberagaman tradisi inilah yang menjelaskan keragaman dari berbagai cara merayakan Tahun Baru Imlek di seluruh Indonesia.
Persiapan Menyambut Tahun Baru Imlek
Bagian terpenting dalam mempersiapkan perayaan tahun baru Imlek adalah pembersihan seluruh rumah. Hal ini tidak hanya penting sebagai bentuk persiapan untuk datangnya para tamu dan keluarga, tetapi juga sebagai simbol dari menyapu setiap elemen buruk di dalam rumah. Setiap kegiatan pembersihan ini haruslah selesai sebelum hari raya tahun baru Imlek tersebut datang.
Hal ini dikarenakan setiap keluarga dalam etnis Tionghoa percaya bahwa jika pembersihan belum selesai dilakukan saat Tahun Baru Imlek datang, keluarga mereka bisa saja mendapatkan nasib buruk dan tahun yang berat untuk mereka jalani. Dan juga, penyapuan rumah tidak dapat dilakukan saat Hari Raya Imlek datang karena mereka percaya bahwa hal tersebut akan menyapu keluar seluruh nasib baik yang akan mereka terima di tahun baru.
Pemberian Hadiah
Bertukar hadiah merupakan hal yang umum selama musim liburan, begitu juga untuk para kaum etnis Tionghoa. Setiap tahunnya, dalam menyambut perayaan tahun baru Imlek, setiap orang yang ber-etnis Tionghoa juga melakukan persiapan untuk bertukar hadiah.
Bunga dianggap sebagai hadiah yang menguntungkan, karena kehadirannya mencerahkan rumah penerima. Bunga dianggap sebagai lambang kebangkitan kembali alam, dan terkait erat dengan mitos dan harapan kebahagiaan selama tahun berikutnya. Tanaman berbunga juga merupakan simbol kelahiran kembali serta pertumbuhan baru sehingga pohon jeruk kecil dan pohon daffodil juga dapat menjadi hadiah yang melambangkan kebahagiaan melimpah dan menjadi salah satu bentuk hadiah favorit dari setiap komunitas Tionghoa di Indonesia.
Selain bunga dan tanaman kecil, salah satu tradisi yang sangat melekat erat pada perayaan Hari Raya Tahun Baru Imlek adalah pembagian Hong Bao atau biasa disebut dengan Angpao di Indonesia. Kartu berbentuk amplop dengan warna merah menyala ini biasanya dibagikan pada setiap anak dalam keluarga yang belum menikah dan masih berada dalam naungan orang tua.
Angpao sendiri merupakan pelafalan dari bahasa Hokkien dari kata ang pow. Sedangkan dalam kosa kata bahasa Mandarin, angpao disebut dengan hongbao (红包), yang berarti amplop merah. Angpao didesain dengan warna merah menyala dengan dekorasi simbol zodiak Tionghoa di tahun berikutnya, uang emas, bunga sakura, atau ikan yang melambangkan nasib baik dan keberuntungan untuk satu tahun ke depan.
Dilansir dari laman Malaysia thestar.com.my, sejarah pemberian angpao ini sudah berlangsung sejak lama, yaitu 1000 tahun yang lalu di negeri Tionghoa. Saat itu, orangtua memberikan anak-anaknya 100 koin. Dalam kepercayaan mereka, pemberian 100 koin ini akan memberikan anaknya umur panjang hingga 100 tahun.
Biasanya, angpao diberikan dari orang yang sudah memiliki pendapatan. Ketika mereka sudah mulai menghasilkan uang secara mandiri, saat itulah mereka harus memberi angpao sebagai cara berbagi. Meskipun begitu, ada juga aturan yang mengatakan bahwa ketika mereka belum menikah, mereka belum boleh berbagi angpao walaupun sudah berpenghasilan.
Pemberian angpao tidak hanya sebatas saat Tahun Baru Imlek, tetapi juga saat acara lainnya, seperti pernikahan, wisuda, dan kelahiran bayi. Angpao yang diberikan saat itu merupakan cara tradisional untuk memberikan keberuntungan dan berbagi kebaikan kepada orang lain.
Nah, di tahun 2021 ini, tentunya kita juga akan menyambut Hari Raya Tahun Baru Imlek sebentar lagi. Sudahkah Anda memiliki angpau merah yang senantiasa melekat pada Hari Raya Imlek untuk keluarga dan kerabat Anda? Jika belum, dan Anda ingin mencetak sendiri desain Angpao yang dapat di kustomisasikan dengan keinginan Anda, ILITHO kini hadir sebagai salah satu digital printing di Jakarta yang menyediakan layanan pencetakan angpao Imlek melalui www.elitho.id sebagai salah satu perlengkapan acara Imlek anda.
Dengan harga mulai dari Rp 12.000 per pcs, custom desain berkualitas dari Paperwish dan Le Papier, dicetak dengan 4 Warna (CMYK), serta dengan 3 pilihan kertas, kami dapat memastikan bahwa angpao Imlek untuk keluarga dan kerabat anda dapat segera dicetak dengan proses cepat tanpa mengurangi kualitas dan tentunya dengan harga yang terjangkau.
Jadi, tunggu apalagi? Cetak Angpao Imlek untuk Hari Raya anda beserta keluarga dan kerabat hanya di ILITHO.